Assalamu'alaykum Wr. Wb.
A. Hassan, namanya mungkin tidak cukup dikenal
oleh sebagian umat Islam Indonesia dewasa ini, tetapi ia pernah menjadi sangat
populer diera tahun 1930 hingga 1940-an, ketokohannya diakui tidak hanya oleh
mereka yang mengaguminya saja tetapi bahkan oleh mereka-mereka yang menjadi
lawan debatnya. Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menampilkan profil
beliau yang merupakan 1 dari 3 orang tokoh Islam yang tulisan dan pemikirannya
sangat mendominasi cara saya memahami agama Islam. Profil A. Hassan ini saya
cuplik dan simpulkan dari Majalah Dua Mingguan Amanah No. 88, 17 - 30 November
1989. InsyaAllah berikutnya akan saya tampilkan pula profil dari Nazwar Syamsu,
orang kedua setelah A. Hassan yang telah memberi sumbangsih besar melalui
pemikirannya kedalam diri saya pribadi.
Bahkan dalam banyak kasus, saya sering
merujukkan pendapat saya kepada mereka berdua, terjemahan al-Qur'an yang saya
pegangpun mengacu pada terjemahan mereka yang dalam pandangan saya jauh lebih
original ketimbang terjemahan manapun termasuk Departemen Agama Republik
Indonesia yang seringkali ditambah-tambahi malah sampai merubah arti ayat dari
yang seharusnya.
Demikian, selamat membaca ...
A. Hassan, lahir di Singapura pada tahun 1887
dari pasangan Hajjah Muznah yang asli Surabaya dan Ahmad Sinna Wappu Maricar
yang masih merupakan keturunan ulama Mesir yang sekaligus berprofesi sebagai
wartawan dan penerbit buku serta surat kabar berbahasa Tamil.
Pendidikan A. Hassan semasa kecil sebagian
besar didapat dari ayahnya, diusia 7 tahun beliau mulai belajar al-Qur'an dan
selama 4 tahun belajar disekolah Melayu (setingkat SD sekarang), selebihnya dia
mempelajari bahasa Melayu, Tamil, Inggris dan Arab secara privat. Sejak usia 7
tahun itu juga A. Hassan sudah dididik belajar bekerja, entah sebagai buruh
ditoko kain, agen distribusi es, vulkanisir ban mobil hingga guru bahasa Melayu,
Inggris dan Arab.
Pada usia 34 tahun A. Hassan hijrah dari
Singapura ke Bandung untuk memimpin pabrik tekstil milik pamannya. Disini ia
berkenalan dengan tokoh-tokoh politik seperti H.O.S Tjokroaminoto, Sangaji, H.
Agus Salim dan Wondomiseno. Surabaya saat itu sedang hangat-hangatnya
pertentangan antara kaum tua dan kaum muda, kaum tradisionalis dan kaum
pembaharu agama seperti perbedaan masalah usholli dan ucapan niat sebelum sholat
yang dipertahankan pemakaiannya oleh kaum tua (tradisionalis). A. Hassan sendiri
dalam hal ini berada pada posisi kaum muda (pembaharu) yang menentang
pelaksanaan kedua hal tadi karena menurutnya itu sama sekali tidak ada ajarannya
dari Allah dan Rasul-Nya, semua itu adalah hasil penambahan baru dari para ulama
yang tidai ada dasar dan contoh dari jaman kenabian.
Walaupun bukan sebagai pendirinya, tetapi nama
A. Hassan sering di-identikkan dengan nama PERSIS (Persatuan Islam), yaitu suatu
organisasi pembaharu keagamaan yang lahir pada tanggal 12 September 1923 di
Bandung. Kelahiran Persis setidaknya merupakan jawaban dari sikap kolonial
Belanda masa itu yang mencoba menerapkan unifikasi hukum, yaitu mematikan
syariat Islam dan menampilkan hukum barat melalui pemberlakuan hukum adat
sebagai perantara pengalihan. Dakwah Persis diambil langsung dari sumber
al-Qur'an dan Hadis, karenanya pula Persis menolak bermazhab.
Dakwah Persis dimulai secara sembunyi-sembunyi
karena adanya pengawasan yang ketat dari pihak Belanda, baru setelah Moh. Natsir
pada tahun 1934 memintakan pengesahan organisasi tersebut pada kementerian
kehakiman maka Persis memulai dakwah secara terbuka.
Moh. Natsir sendiri merupakan mantan ketua umum
PP Persis dan salah satu murid kesayangan dari A. Hassan, ia yang paling
menonjol dari semua murid-muridnya. Bersama Moh. Natsir dan Persis maka A.
Hassan menerbitkan majalan Pembela Islam, gerakan dakwah Persis sempat memasuki
arena politik setelah pada tahun 1930-an pemerintahan Belanda semakin keras
melakukan tekanan pada kegiatan kaum pribumi sementara dalam waktu bersamaan
kaum Salibis mulai melancarkan misi Kristenisasinya secara meluas.
Secara internal kebangsaan, Persis berhadapan
dengan kelompok PNI yang dilakoni oleh mantan presiden Sokarno, perbedaan
terjadi karena adanya perbedaan ideologi dari keduanya. Meski demikian Persis
tidak menganggap PNI sebagai musuhnya, bahkan saat Soekarno dipenjara di Banceuy
Bandung, orang-orang Persis merupakan yang pertama membesuknya.
Persis bukan organisasi pembaharuan agama yang
pertama di Indonesia, sebelumnya sudah berdiri Muhammadiyah dikota Yogya,
al-Irsyad di Jakarta serta Syarikat Dagang Islam, Syarikat Islam dan
Perseryikatan Ulama. Namun karena masing-masing organisasi itu telah membatasi
dirinya dibidang-bidang tertentu seperti Syarikat Dagang Islam menitik beratkan
perhatiannya pada sektor Ekonomi yang membidani kelahiran Koperasi, Syarikat
Islam dibidang politik dan Perseryikatan Ulama yang berdiri di Majalengka Jawa
Barat pada keterampilan para santri dibidang usaha sementara Muhammadiyah
sendiri sibuk dengan bidang sosial dan pendidikan, maka Persis berdiri untuk
menjembatani semuanya dan menitik beratkan pada dakwah agama.
Tahun 1942 saat invasi Jepang ke Indonesia,
Persis sudah mendirikan 6 masjid dengan anggota jemaahnya berjumlah 500-an
orang. Jum'atan pertama Persis mendapat reaksi keras dari masyarakat. Soalnya
ketika itu khutbah Jum'at biasa dan harus disampaikan dengan bahasa Arab,
sedangkan Persis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagaimana
lazimnya sekarang.
Persis juga yang pertama kali membuat tafsir
al-Qur'an dari kiri kekanan, karena tafsirnya itu menggunakan huruf latin. Pada
waktu itu orang beranggapan kafir bila memakai huruf latin disebelah huruf Arab.
Barangkali saking bencinya kepada Belanda, huruf Latinpun dikafirkan. Sedangkan
A. Hassan sendiri melalui Persisnya menganggap masalah huruf Latin hanyalah
urusan duniawi. Pesantren Persis juga mempelopori gerakan pembaharuan internal,
gurunya berdasi dan muridnya harus bersih dan necis tidak seperti kalangan
Pesantren waktu itu yang masih menggunakan sarung dan tidak terlalu
memperhatikan masalah pakaian.
A. Hassan melalui Persisnya melakukan dakwah
secara frontal, beliau menganggap bahwa umat sudah menjadi jumud (beku) bahkan
mundur karena telah menyimpang dari ajaran al-Qur'an dan hadis. Baginya Islam
itu sesuai tuntutan jaman, Islam berarti kemajuan dan agama tidak menghambat
malah menyetujuinya, mencari ilmu pengetahuan, perkembangan sains modern,
persamaan hak antara kaum wanita dan pria dan seterusnya.
Mereka melakukan perdebatan-perdebatan dengan
orang-orang yang tidak menyetujui cara pandang mereka terhadap agama, perdebatan
panjang telah mereka lalui, mulai dengan pihak Kristen, kaum Tua atau
tradisional, kaum kebangsaan, Ahmadiyah sampai pada komunis Ateis. Contoh kisah
Mubahalah antara kaum Persis dengan pihak Ahmadiyah Jakarta yang pernah
menghebohkan, peristiwa tersebut didahului dengan perdebatan sengit antara
keduanya yang mengakibatkan banyak anggota Ahmadiyah keluar dan sebagian lagi
menjadi anggota Persis. Contoh lain misalnya bagaimana A. Hassan menolak keras
paham mengenai sampainya pahala bacaan Yasin orang hidup kepada orang yang sudah
mati.
Berdebat dalam hal agama menurut A. Hassan
bagaikan membebaskan katak dari kurungan tempurung sehingga memberi kesempatan
bagi manusia untuk memilah dan memilih kebenaran sejati. Tindakan dan cara
seperti ini memang banyak ditentang oleh sejumlah orang terutama bagi mereka
yang sama sekali tidak memiliki kemampuan atau keberanian dalam berdebat, tetapi
seperti yang diungkapkan oleh Moh. Natsir bahwa beragama itu harus cerdas dan
jelas, sebab antara yang hak dan yang batil tidak bisa dicampur. Memang bagi
orang yang kalah berdebat bisa saja menjadikannya sebuah tamparan dimuka umum
sehingga menjadikannya trauma, tetapi bagaimanapun agama ini tidak boleh
dipahami secara beku, kita harus berani kritis dalam beragama.
Bid'ah dalam agama bukan suatu perbedaan,
bid'ah adalah penyimpangan dari Qur'an dan Sunnah, membiarkan Bid'ah artinya
kita memupuk perbuatan yang salah dan kemunafikan.
A. Hassan tahu benar bahwa pendiriannya yang
terlalu keras dalam beragama menimbulkan banyak orang benci dan memusuhinya.
Tetapi disayang atau dibenci buatnya adalah urusan orang lain. Dia tidak
memperdulikan masalah itu. Baginya musuh dalam tulisan tetapi tidak dengan
orangnya. Dia selalu hormat kepada setiap orang walaupun itu musuhnya sendiri.
Bertamu kerumahnya pintu terbuka lebar, apalagi orang itu datang dari jauh,
diterimanya bahkan dilayaninya sebaik-bainya. Dia sangat memuliakan tamu. Setiap
surat yang datang dari siapapaun pasti dibalasnya sehingga ia disebut juga singa
dalam tulisan dan domba dalam pergaulan.
A. Hassan ahli dalam segala macam masalah
agama, segala macam pertanyaan dapat dijawabnya. Dia mempunyai buku catatan
mengenal hampir semua masalah agama. Setiap masalah disusun menurut abjad, dan
dalam seuatu munazarah atau perdebatan ia hanya membawa buku catatan tersebut.
Menurut Buya Hamka, banyak buku karangan A.
Hassan dalam bahasa Indonesia menyiarkan paham Islam dengan dasar al-Qur'an dan
Hadis, memerangi taklid atau ikut-ikutan paham orang lain tanpa mengetahui
dasarnya. Dia menganjurkan kebebasan berpikir, menolak Bid'ah dan khurafat atau
ajaran yang tidak masuk akal dan membersihkan akidah dari pengaruh ajaran
lainnya. A. Hassan juga sangat gigih memberantas penyimpangan praktek keagamaan
Islam yang berlebihan seperti pendudukan posisi ulama yang lebih tinggi dari
ajaran Rasul sampai-sampai meskipun suatu pengajaran itu bertentangan dengan
al-Qur'an dan Sunnah namun tetapi conding untuk taklid kepada ulama.
Keistimewaan seorang A. Hassan adalah pada
kekuatan hujjahnya atau dasar argumentasinya serta keteguhan dalam
mempertahankan pendirian yang beliau yakini kebenarannya.
A. Hassan berpulang kerahmatullah pada hari
Senin tanggal 10 November 1958, meninggalkan banyak buku dan tulisan lainnya,
dia mewariskan ilmu dan dia pantas disebut sebagai gudang ilmu ulama Indonesia
modern meskipun pendidikan formalnya rendah. Selamat Jalan A. Hassan ... semoga
Allah mengampuni semua salah dan dosa yang telah kau lakukan dan memberikan
ganjaran sesuai dengan apa yang telah engkau perbuat untuk menegakkan kebenaran
agama-Nya, bebas dari semua khurafat, mitos dan bid'ah.
Demikianlah kiranya sedikit biografi singkat
dari A. Hassan Bandung yang nama besarnya sekarang jarang disebut-sebut dan
dikenal oleh umat Islam, semoga apa yang sudah disampaikan ini bisa memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Wassalam,
assalamualaikum,,,apakah bapak mengetahui mngenai keturunan dari sayid osman syahabuddin bin abdurrahman ???
BalasHapuscoba baca sejarah ulama melayu karya h. wan abdullah shoghir banyak di internet
BalasHapus